Daftar Testimoni (Kesaksian) Bagi Saudara yang telah mengikuti pengajian Quran Hadits dengan metode makna kata demi kata.
a. Kapan saat pertama kali Saudara diajak seseorang untuk belajar mengaji Al-Quran dan Al-Hadits dengan metode makna kata demi kata ? (tanggal, bulan, tahun kalau ingat)
b. Siapa yang memperkenalkan / mengajak ? (sebut nama, alamat)
c. Apa hal yang menarik minat Saudara pada waktu itu sehingga tertarik mengikuti pengajian ini
d. Pada waktu itu sudahkan memiliki Kitab Suci Al-Quran dan al-Hadis yang diperlukan , sebagaimana yang Saudara miliki seperti saat ini?
e. Adakah kesulitan yang dihadapai saat pertama kali mengikuti pengajian? Apa saja? ( contoh: belum punya Kitab, belum bisa baca Quran dll)
f. Apa komentar Saudara tentang kelebihan dan kekurangan belajar mengaji system makna kata demi kata?
(kekurangan misalnya merasa repot harus menemui guru ngaji, repot harus susah payah menulisi kitab , dll
g. Adakah keunggulan spesifik pengajian ini yang tidak terdapat pada pengajian di luar?
h. Dengan berbekal amalan berdasarkan ilmu yang Saudara peroleh dari pengajian ini, bagaimana sikap Saudara menghadapi masa depan akhirat yang merupakan perkara yang besar dan berat?
h. Apa pesan (nasihat) Saudara kepada teman - teman yang belum mengikuti pengajian seperti ini?
Mohon melengkapi data diri :
Nama : _______________________________________________
Tmpat / tgl.lhr : _______________________________________________
Alamat : _______________________________________________
_______________________________________________
No. Telp / ponsel : _______________________________________________
Pekerjaan / instansi : _______________________________________________
Alamat pekerjaan : _______________________________________________
Posisi / Jabatan : _______________________________________________
Nama istri/suami : _______________________________________________
Pekerjaan : _______________________________________________
Jumlah anak : _______________________________________________
Atas amal solih bantuannya , kami ucapkan syukur Alhmandulillahi jaza kumullohu khoiro.
Senin, 11 Mei 2009
Cerita H.Ngadiman
Saya ingat pertama kali dikenalkan kepada pengajian dengan system menulis arti kata Al-Quran dan Al-Hadits saat bulan puasa th. 1993.
Tetangga sendiri dan memberitahu pertama kali adalah Mas Hari Wuryanto, waktu itu dia masih kuliah di Jogya dan kira-kira setiap dua minggu sekali pulang kampung. Saat di rumah itulah digunakan untuk amar ma’ruf, dan sayalah salah satu pesertanya.
Saya merasa senang sekali, awalnya di masjid kampung (waktu itu masih mushola) seperti biasa sebagai imam mushola saya membimbing anak-anak belajar mengaji membaca Al-Quran. Seusai pengajian yang saya berikan, saya meminta kepada Mas Hari untuk ikut memakmurkan pengajian di mushola.
Pada kesempatan mengisi pengajian, dia mengambil Al-Quran yang ada di masjid dan membuka, membaca ayat dan mengartikan kata demi kata ke dalam Bahasa Indonesia dan juga memberikan keterangannya secara keseluruhan sehingga saya jadi paham maksud ayat itu.
Saya terkesima Kitab Suci Al-Quran yang dibacanya adalah Al-Quran biasa yang tidak ada terjemahan, namun cara dia menjelaskan artinya kata demi kata begitu gamblang seakan dia hapal artinya masing-masing penggalan Bahasa Arab Al-Quran. Sehingga menyejukkan hati laksana ada titik cahaya yang menerangi kehidupan ini.
Dan saat itu juga saya langsung katakan kepada Mas Hari bahwa saya minta diajari untuk ayat-ayat yang lain. Dan intinya kalau Mas Hari tidak keberatan saya ingin sekali mengaji lebih banyak dengan metode seperti itu.
Tidak banyak yang dia berikan saat itu, tapi saat pulang dari Jogya pada pengajian berikutnya ternyata Mas Hari sudah mempersiapkan materi pengajian dengan lembaran hadits lengkap dengan perowinya sebagaimana aslinya. Kemudian dikaji dengan cara yang sama yaitu Mas Hari membaca ayat Al-Quran atau Al-Hadits kemudian mendikte maknanya satu kata demi satu kata sementara kami mencatat terjemahnya di bawah masing-masing penggalan kata, dan juga menuliskan keterangan singkatnya.
Metode pengajaran agama yang sangat efisien dan efektif langsung mendalami kandungan makna sumber / dasar pedoman agama Islam. Belum pernah saya jumpai seumur hidup saya. Itulah yang membuat saya tertarik untuk belajar kepada Mas Hari. Dan mulai saat itu jamaah mushola yang mayoritas muda-mudi mulai mendapat pencerahan dengan rutin mengikuti pengajian bacaan makna kata demi kata Al-Quran dan Al-Hadits lengkap beserta keterangannya langsung mendapat bimbingan dari Mas Hari.
Pada awal mengaji saya belum memiliki Kitab Suci Al-Quran dan al-Hadits kecuali hanya Al-Quran yang ada di masjid dan itu milik masjid (umum). Tapi atas saran Mas Hari, saya lalu membeli bahan pengajian yang diperlukan, yaitu Kitab Suci Al-Quran dan himpunan al-Hadits Sohih. Sampai sekarang saya mempunyai Kitab Suci Al-Quran dan Al-Hadits milik pribadi sebagaimana buku harian / catatan pribadi dan bukan lagi kitab milik umum.
Alhamndulillah saya tidak begitu banyak menjumpai kesulitan, saya memang sudah biasa dengan tulisan Arab dan dapat lancar membaca al-Quran meskipun belum tepat secara hukum tajwidnya. Kesulitan yang kadang saya jumpai adalah pada proses memahami sampai betul-betul mengerti kandungan makna / keterangan , terutama ayat Al-Quran maupun matan / isi Hadits yang memang baru saya jumpai. Hal yang wajar karena memang selalu ada pengertian yang belum pernah kita dengar sebelumnya.
Namun dengan cara “berguru” langsung ke Mas Hari, saya merasa mendapat kepuasan, karena dia sangat sabar dalam menjelaskan tentang hal yang bagi saya belum jelas, dan gambaran-gambaran yang dia berikan sangat relevan terhadap pemahaman ayat / hadits secara keseluruhan.
Adapun kelemahan mengaji metode mempelajari arti kata dan kandungannya dan kemungkinan berpotensi menjadi hambatan secara umum, diantaranya bahwa masyarakat masih menganggap sebagai hal yang baru. Sehingga merasa canggung untuk memulai, disamping masih rendahnya tingkat kepemilikan Kitab suci Al-Quran bagi sebagian kalangan umat. Kelancaran kegiatan pengajian di kalangan umat dengan metode seperti ini sangat menuntut kesadaran dan kesungguhan serta tekad bulat dari berbagai pihak terutama sekali unsur ustadz sebagai “pionir”. Ide dan kebijakannya menjadi faktor penting tercapainya tujuan pembelajaran ilmu agama.
Sedangkan kelebihan dari metode seperti ini sudah saya rasakan sendiri manfaatnya. Saya tidak saja diajarai cara membaca Al-Quran secara benar menurut kaidah / hukum tajwid, tetapi ustadz / guru mengaji juga memberikan penjelasan mengenai maknanya yang langsung dapat kita pahami. Dengan belajarnya yang bertemu langsung ketika menemukan hal yang belum jelas atau keraguan maka dapat langsung bertanya untuk langsung dijawab.
Hasil dari mengaji yang dibuka dengan “berguru” kepada Mas Hari (th.1993) sampai sekarang th.2009 (selama 16 tahun) dengan pemahaman ilmu agama makna kandungan Kitab suci Al-Quran, ayat demi ayat semakin lama membuat jalan hidup saya menjadi terang benderang.
Meskipun sampai sekarang belum khatam mengaji makna 30 juz Al-Quran , namun dengan metode seperti ini, Mas Hari sudah menyampaikan “ummul kitab “. Ayat-ayat yang menjadi “kunci rahasia” dasar-dasar hukum prioritas utama yang harus segera pahami diyakini dan diamalkan secara konsekuen.
Semoga saya tidak tergolong ‘ujubu bi nafsihi’ atau takabur / pamer, serta melebih-lebihkan kecuali secara jujur saya ceritakan kepada Saudara-saudara tercinta apa yang memang perlu saya utarakan, bahwa atas bimbingan Mas Hari saya sudah dapat memegang kunci kebenaran agama Islam berdasar Kitab Suci Al-Quran dan Sunah (hadits) hanya dalam tempo selama 3 bulan !,
Sungguh hidayah Alloh Swt telah kami rasakan !
Saya tahu persis siapa Mas Hari, dia anak asli lahir dan dibesarkan di kampung saya sendiri. Bapaknya adalah H.Sihono seorang pensiunan PNS (terakhir kepala Sekolah SD), sedang ibunya Hj.Suminah.
Masa kecilnya, remaja hingga dewasa dilalui sebagaimana umumnya anak kampung, sedangkan minat di bidang ilmu agamanya sudah terlihat sejak di bangku STM. Dia sudah menunjukkan keberaniannya mengisi “kultum” ceramah bulan Romadhon sehabis solat tarawih berjamaah di mushola dengan mengambil bahan dari buku pelajaran Agama Islam di sekolah. Suatu kelebihan dibanding teman-teman sebaya usianya.
Meskipun saya sendiri sebagai imam mushola kampung yang mengajarkan dia membaca al-Quran semasa kecilnya bersama teman-temannya yang lain, namun saya tidak merasa gengsi (malu) “berbalik menjadi murid Mas Hari”, umurnya jauh lebih muda dari saya. Bahkan seusia anak saya ynag nomor dua, namun justru saya bangga ada anak buah saya dulu sekarang didengar di mana-mana.
Kalau boleh saya simpulkan bahwa kelayakan seorang ulama yang patut didengarkan dan diperhatikan suaranya itu bukan ditentukan oleh factor usia dan nama besar di kalangan masyarakat, namun perlu dilihat dari kemampuan dalam pembinaan umat dengan memberikan wawasan dan tambahan ilmu pengetahuan kepada masyarakat. Dapat memberikan contoh praktek amalan berdasar sumber data dan fakta otentik berdasar Kitab Suci Al-Quran dan Sunah (tuntunan) Nabi Muhammad SAW.
Dan sungguh suatu anugerah Alloh SWT ketika Mas Hari kuliah di Jogyakarta dia menemukan majelis taklim (pengajian) yang secara terjadwal dan terprogram mengajarkan pesertanya makna kandungan Al-Quran dan Hadits, membimbing dengan teori /dalil (ilmunya) dan juga praktek (amalannya). Ketika pulang kampung, dia “tabligh” /menyampaikan hasil ilmu yang pernah didapatkan.
Saya bersyukur kepada Alloh SWT yang telah memberikan hidayah (petunjuk kebenaran) kepada saya melalui perantaraan Mas Hari. Apalagi setelah lulus kuliah sebelum bekerja, dia menyempatkan belajar ilmu agamanya di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur, sehingga berhasil lulus dan mengantongi ijazah mubaligh. Latar belakang pendidikannya (sarjana pendidikan) juga sangat membantu dalam “mendidik” membina dan mengasuh majelis taklim yang berdomisili di sebelah rumah saya.
Alhamndulillah, saya dibantu seluruh jamaah pengajian sudah berhasil memiliki tempat pengajian rutin yang dibangun disebelah rumah saya (th.1994 / swadaya murni dari jamaah pengajian), dan Mas Hari lah sebagai mubaligh setempat yang selalu memberikan bimbingan, nasihat dan mengajarkan ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits sehingga sekarang (saat artikel ini ditulis April 2009).
Saya mendukung sepenuhnya ketika Mas Hari mengutarakan idenya ingin mengembangkan majelis taklim Bina Istiqomah lewat internet ini. Pesan saya kepada seluruh pembaca, segeralah bergabung untuk memanfaatkan program ini mengingat pentingnya belajar ilmu agama adalah sebagai sarana mencari jalan kebenaran dan keselamatan di tengah-tengah “khilafiyah” /perbedaan pandangan dan perpecahan agama Islam.
Sebagaimana telah disabdakan oleh Rosulullohi SAW bahwa Islam nantinya akan berpecah belah menjadi 73 golongan, yang mana 72 golongan masuk neraka dan hanya satu yang jika diyakini dan diamalkan bakal membawa masuk ke dalam rohmatnya Alloh (surga).
Sabda Rosululloh SAW tersebut di atas kini terekam dalam himpunan arsip / dokumen Al-Hadits yang disusun oleh Sunan Abu Dawud juz 4 no.hadits 4597. Urusan surga dan neraka adalah urusan besar yang mau tidak mau pasti akan dihadapi oleh anak Adam.
Segeralah mendaftarkan diri !
Karena meskipun semuanya sudah jelas termaktub di dalam makna Al-Quran dan Al-Hadits, namun tanpa “berguru” , rasanya sulit sekali untuk menemukan “kunci kebenaran “ agama Islam.
Ini sudah terbukti dengan apa yang saya alami, berapa puluh tahun saya mendengarkan ceramah ulama, kiai namun ke sana -kemari namun keyakinan masih mengambang.
Dan baru setelah “belajar mengaji” dengan Mas Hari dengan cara membuka dan menunjukkan ayat Al-Quran juga al-hadist lengkap dengan penjelasan pengertiannya, barulah saya menemukan keyakinan yang betul-betul berdasarkan dalil yang dapat dipertanggungjawabkan.
Bukankah di awal Al-Quran, Surat Al-Baqoroh (2): 2 sudah disebutkan “ Laa roiba fi hi hudan lil mut-taqin” (tidak ada keraguan di dalam Al-Quran (karena inilah) pentunjuk bagi orang yang taqwa.
Sekarang sudah ada “guru mengaji” yang membuka diri dan siap membantu Saudara,
sekaranglah saatnya SERIUS belajar ilmu agama, jangan sia-siakan kesempatan hidup yang hanya sekali ini. Saya jamin Saudara tidak akan rugi. Justru kebalikannya, rugi apabila Saudara melewatkan kesempatan ini.
“Demi masa, sesungguhnya manusia niscaya di dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal solih, dan (saling) wasiat (untuk menetapi hak / kebenaran) dan (saling) berwasiat (konsekuen mengamalkan) dengan kesobaran” Al-Quran surat Al-‘Asr (103): 1-3
Sekarang memasuki 6 tahun masa pensiun, pikiran saya sudah cukup tenang, hidup terasa tenteram, Alhamdulillah ke-lima anak saya dengan 17 cucu sudah berhasil saya nasihati dan semua ikut mengaji.
Meskipun pada dasarnya saya selalu merasa kurang dan haus ilmu agama, namun melalui kegiatan pengajian kandungan makna Al-Quran dan Al-Hadits rutin 2 kali seminggu di tempat mushola sendiri, maka kehausan saya akan bimbingan agama dan siraman rohani, alhamdulillah terobati.
Saya merasa bersyukur dan bangga dengan mengamalkan ibadah berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits, serta dapat terus menjaga iman dan taqwa kepada Ilaahi Robbi. Dengan selalu mengkaji Qur'an dan Hadits serta nasihat agama secara rutin di mushola belakang rumah.
H.Ngadiman (66 tahun) Pensiunan PNS (guru Madrasah Ibtidaiyah)
Dsn.Pringwulung Rt.o3/o4 , Kradenan, Srumbung, Magelang, Ja-teng
Hp.081804295058
Langganan:
Postingan (Atom)